Festival Sangkuriang 2025 Perkuat Persatuan Di Kota Cimahi
Table of Contents
CIMAHI - Keragaman budaya berpadu dalam satu panggung pada Festival Sangkuriang 2025 yang digelar di Alun-Alun Kota Cimahi, Sabtu (14/12). Perhelatan budaya yang diinisiasi Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) ini menghadirkan 23 etnis yang hidup berdampingan di Kota Cimahi, sekaligus menjadi ruang ekspresi persatuan di tengah keberagaman suku, agama, dan budaya.
Festival diawali dengan parade budaya dari kawasan Cibol menuju Alun-Alun Cimahi. Beragam kesenian daerah ditampilkan, mulai dari tarian tradisional, busana adat, hingga musik etnik dari berbagai penjuru Nusantara. Masyarakat tampak antusias menyaksikan setiap penampilan yang mencerminkan kekayaan budaya Indonesia dalam suasana akrab dan penuh kebersamaan.
Wali Kota Cimahi, Ngatiyana, menyampaikan bahwa Festival Sangkuriang bukan sekadar hiburan, melainkan simbol kuat persatuan masyarakat Cimahi. Menurutnya, keberagaman yang ada justru menjadi kekuatan sosial untuk menjaga kota tetap aman, rukun, dan kondusif.
“Cimahi memang kota kecil, tetapi dihuni oleh berbagai suku, ras, dan agama. Perbedaan tidak boleh menjadi sumber perpecahan, melainkan harus dipandang sebagai persaudaraan. Inilah yang ingin kita tunjukkan melalui Festival Sangkuriang,” ujarnya.
Nama Sangkuriang, lanjut Ngatiyana, dipilih sebagai simbol kerja cepat, kolaboratif, dan tepat sasaran. Filosofi tersebut tercermin dari proses perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara efektif namun tetap berkualitas. Ngatiyana menambahkan bahwa ruang-ruang ekspresi seperti Festival Sangkuriang penting bagi generasi muda, terutama di tengah arus digitalisasi yang kian masif. “Melalui kegiatan budaya, nilai toleransi, kebersamaan, dan cinta tanah air dapat ditanamkan secara alami,” tegasnya.
Ketua Forum Pembauran Kebangsaan Kota Cimahi, Totong Solehudin, menjelaskan bahwa Festival Sangkuriang merupakan bagian dari upaya menjaga harmoni sosial melalui pendekatan budaya. FPK, sebagai wadah resmi pembauran etnis sesuai amanat regulasi nasional, saat ini menaungi 23 etnis yang aktif berkontribusi dalam kegiatan sosial dan kebudayaan di Kota Cimahi.
“Festival ini kami rancang sebagai ruang temu, ruang dialog, sekaligus panggung kebudayaan bagi seluruh etnis. Harapannya, ini bisa menjadi kalender event tahunan dan ke depan dikembangkan secara mandiri dengan melibatkan lebih banyak mitra,” kata Totong.
Selain pertunjukan seni, festival ini juga diisi dengan berbagai layanan publik serta partisipasi komunitas lintas sektor, mulai dari akademisi, pelaku usaha, hingga media. Kehadiran mereka dinilai mampu mendorong perputaran ekonomi lokal sekaligus meningkatkan kebahagiaan warga Kota Cimahi.
👁 Views: 0
Post a Comment