šƒš¢š„ššš©šØš«š¤ššš§ ššš­ššš¬ šƒš®š ššššš§ ššžš§šžš„ššš§š­ššš«ššš§ š€š§ššš¤,PšØš„š­šžš§ š’š¢š¦š›šØš„šØš§ š”š§š š¤ššš© šŠš¢š¬ššš” š‘šžš­ššš¤š§š²šš š‘š®š¦ššš” š“ššš§š š ššš§š²šš

Table of Contents
Artha-News.com samosir (11/12-2025) - Setelah beberapa hari memilih diam, Polten Simbolon—anggota DPRD Samosir sekaligus ayah dari tiga anak—akhirnya angkat suara.Laporan mantan istrinya, RN, ke Polres Samosir atas dugaan penelantaran anak membuat namanya kembali menjadi sorotan publik.

Meski ia sempat ingin menjaga persoalan ini tetap berada dalam ranah keluarga,tekanan pemberitaan dan berkembangnya opini tanpa konteks membuat ia merasa perlu menjelaskan duduk persoalan yang selama ini ia pendam.Pada 10 Desember 2025,wartawan mewawancarai Polten Simbolon di Pangururan,Kabupaten Samosir.

Polten memulai kisahnya dari peristiwa yang menurutnya menjadi titik awal renggangnya hubungan rumah tangga mereka.Saat ia sedang perjalanan dinas Jakarta, sang istri membangun rumah dan mengadakan peletakan batu pertama—tanpa kehadirannya sebagai suami.

“Rumah itu dibangun saat saya di Jakarta.Kalau dia menghargai saya sebagai suami,seharusnya menunggu saya hadir,” ucap Polten pelan.

Ia menambahkan,padahal tanah tempat rumah itu dibangun adalah tanah yang sudah ia beli sendiri dari mertuanya.Ketika ia pulang untuk membicarakan hal itu,suasana justru memburuk hingga berujung pertengkaran. 

Kesulitan lain muncul ketika mereka tinggal bersama ibu Polten yang sudah berusia lebih dari 80 tahun. Polten mengakui bahwa hubungan antara ibu dan istrinya sering tegang, dan di situlah tekanan rumah tangga makin besar.

Suatu hari,saat makan bersama, Polten bertanya, “Mana ikan untuk mamak?”
Jawaban sang istri membuatnya terpukul. “Na adong i ma diallang,” (apa yang ada itu aja dimakan) katanya.Sementara ibunya,yang sudah sepuh,tidak lagi mampu makan daging panggang yang terhidang.

Bagi Polten,peristiwa itu menjadi penanda bahwa kedua wanita yang paling penting dalam hidupnya sudah sulit disatukan.

“š‘ŗš’†š’ƒš’‚š’ˆš’‚š’Š š’‚š’š’‚š’Œ,š’”š’‚š’šš’‚ š’•š’Šš’…š’‚š’Œ š’Žš’–š’š’ˆš’Œš’Šš’ š’Žš’†š’š’Šš’š’ˆš’ˆš’‚š’š’Œš’‚š’ š’Šš’ƒš’– š’”š’‚š’šš’‚.š‘»š’‚š’‘š’Š š’”š’‚š’šš’‚ š’‹š’–š’ˆš’‚ š’Šš’š’ˆš’Šš’ š’Žš’†š’š’‹š’‚š’ˆš’‚ š’Œš’†š’š’–š’‚š’“š’ˆš’‚ š’Œš’†š’„š’Šš’ š’”š’‚š’šš’‚. š‘°š’š’Šš’š’‚š’‰ š’…š’Šš’š’†š’Žš’‚ š’•š’†š’“š’ƒš’†š’“š’‚š’• š’”š’‚š’šš’‚,” š’–š’‹š’‚š’“š’š’šš’‚.

Puncak persoalan terjadi saat RN kembali ke rumah orang tuanya. Polten,yang diminta ibunya untuk menjemput, justru merasa dirinya disalahkan oleh keluarga sang istri. Ia mengaku tidak menyangka ketika keluarga RN justru mendukung keputusan perceraian.

Meski konflik semakin besar,Polten mengatakan bahwa ia dan RN sempat mencoba memperbaiki rumah tangga.Ia bahkan menebus perhiasan mantan istrinya dari pegadaian agar mereka bisa hadir bersama di acara keluarga—sebagai bentuk upaya memulihkan hubungan.

Menjelang putusan pengadilan, pengacara RN dikabarkan sempat menawarkan mediasi untuk rujuk demi anak-anak.Polten menyambut baik rencana itu,hingga akhirnya ia membaca draf perjanjian yang mencantumkan klausul uang jaminan puluhan juta rupiah.

“Untuk apa ada uang perdamaian? Kalau kami kembali sebagai suami istri,berapa pun uang saya,itu uang kami,” tegasnya.
Setelah itu,ia memutuskan menolak mediasi tersebut.

Sejak putusan cerai,Polten tinggal bersama ibunya sementara RN mengasuh ketiga anak mereka. Namun Polten menegaskan bahwa hubungan emosional dengan anak-anaknya tetap terjaga.

“Saya tetap membiayai sekolah anak-anak,memenuhi kebutuhan mereka, dan datang menemui mereka.Saya sangat dekat dengan anak-anak saya,” tuturnya.

Terkait laporan dugaan penelantaran anak,Polten membantah keras.Ia mengaku tidak pernah mengabaikan tanggung jawabnya sebagai ayah. Justru,ia menekankan bahwa segala yang ia lakukan—termasuk keterlibatannya langsung dalam biaya pendidikan—adalah demi memastikan hak anak-anaknya terjamin.

Ketika ditanya apakah ia masih membuka pintu rujuk demi anak-anak,Polten tampak berjuang menahan haru.

“Saya manusia,tentu saya punya salah.Demi anak-anak,apa pun siap saya lakukan… bahkan nyawa saya pun siap saya korbankan,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Sementara itu,wartawan telah mencoba menghubungi RN untuk memperoleh tanggapan.Melalui pesan singkat, RN menyatakan belum bersedia diwawancarai.

(NR.Sitohang)
šŸ‘ Views: 0

Post a Comment